Aku begitu bosan, melihat langit yang lenggang
Lenggang bagaikan luasnya semesta tanpamu
Tanpamu duniaku tak bernafas, diam, kemudian sunyi
Sunyi itu kamu, ya!
Ya, seperti malam kemarin
Kemarin kan melangkah jauh, tak berpaling lagi
Lagi-lagi, diam ini yang menggebu
Menggebu seirama detak jantungku
Jantungku kan tak ada lagi kamu, tak kan
Tak kan? Aku terkikik sendirian
Sendirian di sepertiga malam
Malam yang benar-benar tanpamu, selamanya
Selamanya mengutuk bulan dan bintang
Bintang yang berkedip mengejekku
Mengejekku? Tak kan dan tak kan pernah lagi

Tertanda,
Maella, Anwar, Auliya
Gedung E8 103 Kampus Universitas Negeri Malang
15 Maret 2013
15 : 12 WIB


Hahaha .. Kemanakah para bedebah ini?
Ini adalah kesekian kalinya mereka menipu
Menipuku, ketika kugantungkan harapku
Harapku yang mungkin kalian akan tertawa membacanya
Membacanya membuat kalian menemukan senjata
Senjata yang memebuat letih asaku
Asaku sebaiknya dihempaskan saja kalau begini
Beginilah ulah kalian, membuatku menyimpan marah
Marah yang menjerat dalam diam
Diam, itu sebutan kami kini. Begitulah
Begitulah caraku, mengutuk mereka dengan rasa yang lebih
Lebih dari seribu jarum es mendera bumi
Bumi ! Bahkan dia ikut membodohi kami
Kami benar-benar memiliki benci yang menggebu
Menggebu, berdentang bak debur ombak
Ombak penuh busa keangkuhan, kemurkaan
Kemurkaan seluas laut, ku akhiri kata ini. Dasar bedebah bodoh!
Bo ... ?! Bodoh !!!

Tertanda,
Maella, Anwar, Auliya
Gedung E8 103 Kampus Universitas Negeri Malang
15 Maret 2013

15 : 48 WIB



Leave a Reply