Lelah hidup seperti ini
Mejalani hari dan bersandar
Merindu, mengutuk diri sendiri
Kemudian, bersalah
Haloo... lama tak berjumpa J
Saya menulis ini dalam keadaan mati
lampu, katanya sih se-Malang, yaah.. ditemani sebatang lilin, dengan ukuran
kurang dari 10cm. Sebentar lagi ia akan padam, dan saya berharap pada waktu itu
listrik sudah menyala. Sepi. Gelap. Lantunan lagu yang biasanya saling berlomba
menggema dari tiap pintu kamar, kali ini membisu, baterai laptop mungkin pada
sekarat. Yang terdengar hanyalah rintik-rintik gerimis sisa siang tadi. Jatuh
ringan, perlahan. Sesekali terdengar percakapan tak bermutu dari
perempuan-perempuan kurang kerjaan di ruang tengah. Jelasa kurang kerjaan! Ya karena
lampu mati. Tidak banyak yang bisa dilakukan. Duduk termenung di pagar balkon, larut dalam hujan, memeluk tiang yang berdebu, bermuram durja. Begitu sampai Laa ilaaha illallah terdengar
sayup-sayup di kejauhan, tidak seperti ritual biasanya, pertemuan dengan-Nya kali ini saya
akhiri dengan ba’diyah.
Kehidupan anak kosan, mati lampu
adalah satu-satunya ajang buat kumpul bersama. Karena pada dasarnya kita takut
sendirian dalam kamar dengan cahaya yang remang-remang. Apapun jadi bahan
obrolan.tapi saya tidak begitu tertarik, saya lebih memilih berbaring sendirian
di kamar, meneguk sebutir obat, nyalain walkman, bermain games. Tidak
takut? Oh.. jangan salah kaprah. Saya
penakut. Tapi entah kenapa, malam ini saya pemberani.